DENPASAR | patrolipost.com – Pendapat cukup pedas disampaikan Erick Ebert Sabungan Tambunan (Erick EST), sutradara muda soal sertifikasi seniman. Menurutnya yang seharusnya disertifikasi itu karya dari seniman tersebut, bukan pelaku seninya (seniman).
“Tidak setuju. Itu buang-buang waktu. Seharusnya karya mereka yang disertifikasi disertai aplikasi dengan hakim hak intelektual. Buat apa ‘mengintimidasi’ seniman tetapi karya mereka enggak bisa dijaga gitu,” tuturnya.
Erick mengungkapkan, tidak ada gunanya jika mengsertifikasi seniman kalau pelaku seni tidak memiliki karya. Seniman tidak akan dikatakan pelaku seni jika tidak dikenal melalui karyanya.
“Bagaimana kita bisa sejahtera, karya itu yang ada ceritanya, bukan senimannya. Jika dikatakan menghargai karya kita pada saat tua, seharusnya mendistribusikannya ke seluruh dunia seperti di luar negeri, seperti itu yang dibutuhkan,” imbuhnya
Menurutnya, sertifikasi seniman itu tidak bisa menjamin seorang pelaku seni berkarya. Salah satu yang bisa mempermudah seniman nantinya dalam melewati tantangan internasional maupun nasional adalah kualitas dan kuantitas karyanya. Erick juga menambahkan pelaku seni tidak bisa diukur kreativitasnya, teknik, dan tidak selalu menerapkan teori yang ada.
“Disayangkan, terus terang kalau banyak respon seniman yang menerima (sertifikasi), itu goblok dia,” tandasnya.
Pendapat senada disampaikan Eka Janantha (Bo Care) vokalis dan gitaris dari Scared of Bums (SoB). Menurutnya, sertifikasi seniman tidak bisa menunjang karya pelaku seni berkembang. Baginya seni permusikan itu luas dan tercipta tanpa batas, membingungkan jika disertifikasi.
“Namanya juga seni. Seni itu luas enggak ada pakemnya emang kendaraan, atau tanah pakai sertifikat,” ujarnya.
Sertifikasi seniman tidak efektif dilaksanakan bagi pemusik seperti dirinya, karena tidak menggunakan pedoman yang pasti oleh karena luasnya batasan musik tersebut.
“Kayaknya gak bakal jalan kalau diadakan sertifikasi seniman, musik itu tidak monoton, tidak kaku,” ucapnya. (cr02)