DENPASAR | patrolipost.com – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali menyabet tiga penghargaan nasional. Penghargaan juara II Apresiasi Penyebarluasan Informasi dan Edukasi bagi Perwakilan BKKBN dalam Morning Report Katagori Promotif. Kemudian, penghargaan Pelaksana Terbaik Mekanisme Operasional di Lini Lapangan Tahun 2022, dan penghargaan Pelaksana Tim Keluarga Terbaik.
Penghargaan ini diserahkan Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi, Sukaryo Teguh Santoso saat membuka pertemuan Tim Kerja Advokasi, Penggerakan dan Informasi (Adpin) Pusat dan Provinsi, di Kuta, Selasa (14/3) malam.
Kepala Perwakilan BKKBN Bali dr Ni Luh Gede Sukardiasih MARS MFor kaget dengan penghargaan itu. Pihaknya tidak mengejar imbalan atau penghargaan apapun karena pihaknya hanya bekerja sesuai tugas dan fungsi di bidang kependudukan. Penghargaan ini akan menjadi motivasi bagi seluruh BKKBN Bali hingga kader untuk melakukan berbagai inovasi dalam menyampaikan program-program prioritas dalam mewujudkan keluarga berkualitas dan bebas stunting di Bali.
“Saya tidak tahu bahwa ada penilaian. Setiap ada kegiatan maupun bantuan operasional dari pusat selalu kami jalankan. Kami akan terus melakukan inovasi, keluar dari zona nyaman dengan harapan mampu melayani masyarakat lebih cepat dan tepat,” ungkapnya.
Sukaryo Teguh Santoso menyampaikan, meskipun Bali sebagai provinsi dengan prevalensi stunting terendah nasional, 8 persen namun bukan berarti berhenti mengedukasi masyarakat. “Justru semakin gencar menjaga bahkan menurunkan angka tersebut,” katanya.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) diwakili Staf Ahli Bidang Ekonomi, I Made Ayu Ariani menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas apa yang telah dilakukan BKKBN untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui berbagai kegiatan prioritasnya dalam perencanaan keluarga dengan tagline “Berencana Itu Keren”. Mencegah stunting itu penting untuk membentuk generasi berkualitas.
“Saya mengajak seluruh komponen masyarakat untuk peduli dan bergotong royong membantu keluarga berisiko stunting agar bebas dari stunting,” imbuhnya.
Dikatakannya, hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen, sedangkan prevalensi stunting di Provinsi Bali sudah jauh lebih rendah dari kondisi tingkat nasional, bahkan terendah di Indonesia, yaitu sebesar 10,9 persen. SSGI tahun 2022 angka stunting Bali menurun menjadi 8,0.
“Walaupun demikian, Pemerintah Provinsi Bali tidak boleh lengah, dengan berbagai program inovasi untuk penurunan dan pencegahan. Tetap harus dilakukan secara maksimal, sehingga harapannya di tahun 2024 target prevalensi Bali mencapai angka 5,0,” katanya. (007)