DENPASAR | patrolipost.com – Dalam meningkatkan pemahaman makna upakara bagi masyarakat terutama bagi wanita Hindu, Wanita Hindu Dharma Denpasar (WHDI) Kota Denpasar menggelar pelatihan membuat banten Otonan secara berkelanjutan. Selain mengetahui makna dan cara membuat banten sesuai sastra agama, pelatihan ini juga untuk memahami tentang filosofi dan makna yang terkandung dalam sarana upakara.
Hal ini diungkapkan Ketua WHDI Kota Denpasar Sagung Antari Jaya Negara saat membuka pelatihan di Kantor Desa Sidakarya, Sabtu (24/9/2022). Sagung Antari mengatakan, pelatihan membuat banten otonan ini dilaksanakan karena tingginya minat masyarakat khususnya wanita Hindu. Dimana kegiatan ini juga dilaksanakan untuk menunjang program WHDI Kota Denpasar dalam bidang keagamaan.
“Kegiatan ini menyasar wanita Hindu, dan melibatkan peserta dari Unsur WHDI Banjar Sekar Kangin Sidakarya,” ujarnya.
Lebih lanjut Sagung Antari Jaya Negara mengungkapkan, di tengah masa pandemi seperti saat ini tidak menyurutkan minat wanita Hindu di Kota Denpasar untuk memahami makna dan filosofi serta unsur-unsur yang menjadi kelengkapan suatu banten atau upakara. Sehingga pelatihan membuat banten otonan saat ini menghadirkan 3 narasumber dari WHDI Kota Denpasar yakni Ni Wayan Sukerti, Ni Made Sucitawati dan Ni Nyoman Ciri.
“Mengingat Banten Otonan diperlukan setiap 6 bulan sekali untuk memperingati hari kelahiran. Untuk itu, kami harapkan ibu rumah tangga bisa membuat banten Otonan sendiri untuk keperluan anggota keluarganya sendiri dan bila sudah terbiasa dapat diterapkan pada lingkungan yang lebih luas lagi,” harap Sagung Antari.
Lebih lanjut dikatakan, pelatihan membuat banten otonan selain untuk meningkatkan pemahaman masyarakat agar bisa membuatnya sesuai dengan sastra, juga bisa menghemat biaya. Terlebih dari pelatihan ini minimal wanita Hindu yang sebagai ibu rumah tangga dapat mengetahui dan bisa membuat banten otonan untuk anggota keluarga di rumah.
Sementara Narasumber Ni Wayan Sukerti menuturkan, banyak para ibu yang bisa membuat banten otonan, namun lebih dominan tata cara membuatnya tidak sesuai dengan filosofi yang ada dalam sastra Hindu. Maka dalam pelatihan ini, pihaknya memberikan pemahaman secara detail cara membuat dan makna yang terkandung setiap sarana.
“Dari pelatihan ini kami harapkan peserta bisa memahaminya secara benar,” harap Sukerti.
Sukerti menambahkan pelaksanaan pelatihan banten di tahun ini sudah berlangsung selama 16 kali. Adapun dalam 1 kecamatan terdapat 2 desa dengan pelaksanaan 1 kecamatan digelar pelatihan selama 4 kali. (030)