DENPASAR | patrolipost.com – Berdasarkan data sampling yang dilakukan KPw BI Bali di beberapa daerah/wilayah di Bali ternyata lima daerah/wilayah ini terdapat banyak uang tidak layak edar (Utle) atau kerap di istilahkan ‘uang lusuh’. Kelima daerah/wilayah itu yakni Banjar Tegal, Buleleng, Banyuasri, Buleleng, Padangsambian, Denpasar Barat, Padangsambian Klod, Denpasar Barat dan Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara.
Hal itu dikatakan Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho di sela-sela peluncuran program Bali Bersih Uang Lusuh (Bersiul) di Kantor KPw BI Bali, Denpasar (1/10/2019). Data uang lusuh KPwBI Prov Bali, Jan – Des 2018 tercatat nominalnya Rp 4,38 triliun dengan volume 129.658.780 lembar. Sedangkan Jan-Agustus 2019, nominalnya Rp 3.58 triliun dengan volume 98.416.604 lembar.
BI bersama OJK serta perbankan di Bali secara bersama meluncurkan program Bali Bersih Uang Lusuh (Bersiul). Tujuannya Bali sebagai salah satu tujuan wisata mancanegara atau bisa disebut sebagai muka dari Indonesia baik wisman ataupun wisnu bisa menggunakan uang yang bersih.
“Kita kerjasamakan Bali Bersiul ini dengan pihak perbankan selaku operator di lapangan,” kata Trisno.
Ia berharap ke depan Bali akan terbebas dari uang tidak layak edar atau uang lusuh. Lantas ia pun memberikan tips agar uang tidak cepat lusuh dengan melakukan “5 Jangan” yaitu, Jangan dilipat, Jangan diremas, Jangan ditulis, Jangan dicoret dan Jangan dibasahin.
“Kita edukasi kepada masyarakat bagaimana memperlakukan uang ini dengan baik, karena jika terjaga maka akan bisa digunakan semakin lama,” katanya.
Pada kesempatan ini ia juga menyampaikan, jika mendapatkan uang lusuh segera tukarkan ke BI atau melalui perbankan dan kas keliling dan ini gratis alias tidak dipungut bayaran.
Uang tidak layak edar (Utle) atau uang lusuh di Bali jika dibandingkan dengan daerah lain masih terhitung kecil, seminggu uang yang terkumpul sudah harus dimusnahkan.
Sedangkan keberadaan uang logam menurut Trisno dari pantauannya banyak yang tidak kembali, tapi biasanya kalaupun kembali hanya uang logam yang rusak, padahal kalau di negara lain uang logam masih digunakan.
“Nah, uang logam yang rusak ini langsung kita lebur,” tutupnya. (473)