DENPASAR | patrolipost.com – Seorang model asal Australia, Tori Ann Lyla Hunter (26) diamankan petugas Bea dan Cukai saat tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Selasa (6/8) lalu. Dari hasil pemeriksaan rupanya Tori kedapatan membawa 100 butir tablet dalam botol plastik putih, diduga dexamphetamine dan 47 tablet dalam botol plastik putih bertuliskan Antenex 5.
Namun setelah diserahkan ke Polda Bali, dilepas oleh penyidik Direktorat Reserse Narkoba (Dit Resnarkoba). Kepala Kantor Bea Cukai Ngurah Rai, Himawan Indarjono mengatakan, memang Tori melaporkan obat-obatan yang dibawanya pada Customs Declaration. Namun barang-barang tersebut dilakukan uji laboratoris pada Lab Bea Cukai Ngurah Rai, dan sample barang yang diuji merupakan produk farmasi mengandung dexamphetamine dan produk farmasi mengandung diazepam.
“Hasil penelitian lebih lanjut mendapati bahwa resep yang ditunjukkan oleh yang bersangkutan kepada kami tidak sesuai dengan jumlah barang yang dibawanya,” ungkapnya saat dikonfirmasi wartawan kemarin.
Atas potensi pelanggaran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, yang bersangkutan beserta barang bukti saat itu juga diserahkan ke Dit Resnarkoba Polda Bali untuk penyelidikan lebih lanjut.
Kasubdit I Dit Res Narkoba, AKBP Debby Asri Nugroho yang dikonfirmasi wartawan menyampaikan, bahwa pihaknya memang memintai keterangan Tori. Saat itu Tori diserahkan ke Polda Bali pada Rabu (6/8) malam sampai Jumat (9/8) siang. Hasilnya, yang bersangkutan memang sakit dan mengantongi resep dokter.
“Sakit dia itu. Namanya Bipolar, ya bagaimana, sekarang A besok bisa B. Saya yang periksa dia, ada penerjemahnya. Kondisi sakit, dan kami sudah labforkan obatnya. Hasilnya memang positif. Kami konsultasikan dengan BPOM dan keterangannya tidak masalah untuk kepentingan berobat yang bersangkutan,” terang Debby.
Sebagai catatan, berdasarkan Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Dexamphetamine masuk ke dalam Narkotika Golongan I yang importasinya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan pedagang besar farmasi milik negara yang telah memiliki izin sebagai importir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan impor Narkotika.
Sedangkan, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika, Diazepam masuk ke dalam Daftar Psikotropika Golongan IV. Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Pasal 40 menyatakan bahwa pemilikan psikotropika dalam jumlah tertentu oleh wisatawan asing atau warga negara asing yang memasuki wilayah negara Indonesia dapat dilakukan sepanjang digunakan hanya untuk pengobatan dan/atau kepentingan pribadi dan yang bersangkutan harus mempunyai bukti bahwa psikotropika berupa obat dimaksud diperoleh secara sah.
Dengan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan psikotropika dalam jumlah tertentu pada ayat ini adalah jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pengobatan dan/atau perawatan bagi wisatawan asing atau warga negara asing tersebut, dikaitkan dengan jangka waktu tinggal di Indonesia paling lama dua bulan, dan harus dibuktikan dengan copy resep dan/atau surat keterangan dokter yang bersangkutan. Surat keterangan dokter harus dengan tegas mencantumkan jumlah penggunaan psikotropika setiap hari. (ray)