Biaya Rapid Test Rp 275 Ribu, Penumpang Ferry ASDP Sape-Labuan Bajo Turun Drastis

Sebuah kendaraan tengah keluar dari KMP Cakalang di Pelabuhan Ferry ASDP Labuan Bajo.

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Jumlah penumpang, kendaraan dan barang yang menggunakan jasa Ferry milik PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Sape – Labuan Bajo di awal tahun 2021 turun drastis. Sejak bulan Januari hingga Februari 2021, muatan dua kapal Ferry yang melayani rute ini rata – rata hanya terisi 20 – 30 persen dari total kapasitas kapal.

General Manager PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Labuan Bajo – Sape, Rudy Mahmudi menjelaskan, penurunan jumlah penumpang dan barang pada dua kapal ini terjadi karena dua faktor utama. Yakni, faktor kewajiban penumpang memiliki Surat Lulus Rapid Tes Antigen, serta factor cuaca ekstrem.

Bacaan Lainnya

“Menurunnya jumlah penumpang disebab kewajiban memiliki dokumen Rapid Test Antigen bagi semua penumpang, baik pejalan kaki maupun yang menggunakan kendaraan. Hal itu kami laksanakan dengan disiplin,” ujar Rudy.

Seperti diketahui biaya pemeriksaan Rapid Antigen di beberapa klinik di Labuan Bajo yang ditunjuk resmi oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat yakni sebesar Rp 275.000. Sementara untuk wilayah Sape, biaya pemeriksaan sebesar Rp 230.000. Harga ini dinilai masih cukup tinggi sehingga mengakibatkan para calon penumpang mengurungkan niat untuk melakukan penyeberangan.

Rudy melanjutkan, selain faktor Rapid Antigen, faktor lainnya yakni cuaca ekstrim yang melanda dua daerah tujuan penyeberangan dalam kurun waktu bulan Januari hingga Februari. Kondisi cuaca ekstrem ini menurut Rudy mengakibatkan kapal Ferry tidak beroperasi.

“Mulai Januari hingga Februari, kondisi cuaca amat sangat ekstrem. Di bulan Januari saja, kapal tidak beroperasi selama 5 hari karena cuaca buruk. Di bulan bulan Februari, secara total kapal tidak beroperasi selama 13 hari,” tutur Rudy.

Lanjut Rudy, karena faktor cuaca ekstrem tersebut KMP Cucut yang melayani rute lintasan Sape – Waingapu tidak beroperasi selama 1 bulan.

Dua faktor utama tersebut pun menyebabkan tingkat keterisian penumpang pada dua kapal Ferry yang melayani rute penyebarangan Labuan Bajo – Sape dan sebaliknya, yakni KMP Cakalang dan KMP Cucut menurun drastis jika dibandingkan dengan tahun 2020. Dijelaskan Rudy, rata rata tingkat keterisian KMP Cakalang dan KMP Cucut hanya sebesar 20-30 persen dari total kapasitas KMP Cakalang sebanyak 230 penumpang dan KMP Cucut sebanyak 250 penumpang.

Namun meskipun tingkat muatan menurun drastis, pihak ASDP Indonesia Ferry (persero) tetap mengoperasikan kedua kapal tersebut. Hal ini dikarenakan agar arus baik logistik maupun penumpang tetap lancar.

 

“Yang pasti kami service excellent, melayani penumpang semaksimal mungkin. Dua kapal ini tetap dioperasikan gunanya untuk tetap memperlancar arus baik itu logistik maupun penumpang,” tutur Rudy.

Selain itu, memasuki bulan Maret kondisi cuaca ekstrem sudah mulai berkurang dan operasional kapal sudah sesuai jadwal meskipun tingkat keterisian masih sangat kurang.

“Di bulan Maret ini belum pernah kapal tidak operasi karena cuaca walaupun muatannya itu turun. Tapi kita tetap melayani,” ujarnya.

Rudy juga berharap setiap penumpang yang hendak melakukan penyeberangan dengan menggunakan kedua kapal ini harus tetap mengikuti peraturan yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Khususnya mengantongi kelengkapan dokumen kesehatan yang dianjurkan serta membeli tiket kapal di tempat yang telah ditentukan yakni di kantor Pos terdekat. Kepada setiap penumpang yang tidak mengikuti aturan tersebut, petugas kapal akan dengan tegas melarang setiap penumpang masuk ke dalam kapal dan melakukan penyeberangan.

“Yang pasti terkait dokumen, ASDP baik di Sape maupun di Labuan Bajo aktif dan disiplin mewajibkan itu. Kalau nggak ada yah keluar, nggk boleh nyebrang. ASDP tetap mengikuti peraturan Covid 19. Wajib menggunakan rapid, mulai dari pejalan kaki, sopir hingga kernek,” tutupnya. (334)

Pos terkait