RUTENG | patrolipost.com – Bupati Manggarai Herybertus GL Nabit SE MA mengecam keras para pelaku seksual terhadap anak. Menurutnya, bicara soal mengasuh anak bukan hanya soal memberikan anak makan 3-5 kali sehari, tetapi lebih dari itu kenyamanan dalam tumbuh kembang anak perlu mendapat perhatian. Hal ini menurutnya bermuara pada pola asuh atau cara masing-masing rumah tangga mendidik, membina, dan mengelola keluarga.
“Kita dikejutkan dengan kejadian pelecehan seksual yang terjadi, ketika seorang ayah justru menodai anak kandungnya. Untuk kita manusia yang normal sebenarnya itu tidak patut terjadi, tetapi itulah yang terjadi dan persis di depan mata kita. Semua punya alasan, tetapi itu tidak cukup menyembuhkan luka yang sudah terjadi,” jelas Bupati Hery di Aula Ranaka, Kantor Bupati Manggarai, Kamis (9/6/2022).
Sebab itu, Bupati Hery mengajak semua pihak untuk selalu menjaga keluarga kita masing-masing. Menjaga lahir batin, kehormatannya, tidak cukup hanya bicara kesejahteraan.
“Kita boleh kasih makan anak 3 sampai 5 kali sehari, tetapi jika kemudian ancaman itu justru datang dari orang yang paling dekat dengan kita, maka saya kira semua tidak ada gunanya atau sia-sia,” katanya.
Lebih lanjut Bupati Hery mengungkapkan pola asuh anak laki-laki dan perempuan sama, anak-anak harus dijaga keselamatannya.
“Kita semua harus membicarakan hal ini secara terus menerus. Untuk menjaga keselamatan anak-anak kita baik laki-laki maupun perempuan,” tambahnya.
Bupati Hery juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Polres Manggarai yang telah bergerak cepat dalam menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak pada beberapa waktu lalu, sehingga tidak menimbulkan keresahan dan dalam penanganannya sudah sesuai dengan harapan masyarakat.
“Yang tersisa adalah luka, pelaku boleh mendapat hukuman tetapi korban akan mengalaminya seumur hidup,” ujarnya.
Bupati Hery pun mengimbau kepada jurnalis di Manggarai untuk bijak memberitakan kasus pelecehan seksual, tetap menjunjung tinggi Peraturan Dewan Pers tentang Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA).
“Kita paham ada nilai pendidikan dari setiap berita. Tetapi khusus terkait berita pelecehan seksual dan anak di bawah umur, tolong jangan terlalu rinci menceritakan dan menjelaskan identitasnya. Ingat anak perempuan dan ibunya akan tetap hidup bersama kita,” katanya.
“Sebagai Bupati Manggarai, kami mengimbau kepada teman-teman jurnalis untuk bijak memberitakan hal-hal yang meskipun salah, tetapi tolong diberitakan secara bijak, khususnya terkait pelecehan seksual,” tambahnya.
Termasuk kasus bunuh diri juga diminta untuk tidak memberitakan secara detail prosesnya, jangan sampai itu dijadikan tutorial oleh anak-anak untuk melakukannya. (pp04)