JAKARTA | patrolipost.com – Ratusan karyawan Facebook melakukan pemogokan kerja virtual untuk mengkritik sikap perusahannya sendiri dan memprotes keputusan terhadap postingan Presiden AS Donald Trump. Mogok massal ini sebagai bentuk penolakan bekerja dan dukungan terkait pembunuhan pria berkulit hitam George Floyd di Minneapolis.
Sejumlah karyawan menggunakan Twitter selama untuk mengkritik kepemimpinan Facebook. Kejadian yang teorganisir ini belum pernah terjadi sebelumnya di raksasa media sosial.
“Sebagai sekutu kita harus berdiri di jalan bahaya, bukan di belakang,” tulis seorang karyawan Facebook di Twitter.
“Aku akan berpartisipasi dalam pemogokan virtual hari ini dalam solidaritas dengan komunitas kulit hitam di dalam dan di luar FB. #BlackLivesMatter,” tambahnya.
Perwakilan Facebook tidak menanggapi komentar terkait pemogokan karyawannya ini.
Selama seminggu terakhir, Presiden Donald Trump membuat postingan di media sosial terkait kebrutalan polisi di AS.
“Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai,” tulisnya di media sosial.
Twitter kemudian menanggapi postingan ini dengan menempelkan label peringatan di samping tweet presiden.
Namun, tindakan Twitter ini tidak disetujui Facebook. CEO Mark Zuckerberg mengatakan reaksi presiden itu tidak melanggar kebijakan di platformnya.
Keputusan inilah yang memicu karyawan para karyawan Facebook.
“Menyensor informasi yang dapat membantu orang melihat gambar lengkap adalah salah. Tetapi memberikan platform untuk memicu kekerasan dan menyebarkan disinformasi tidak dapat diterima, terlepas dari siapa Anda atau apakah itu layak di berita,” tulis Andrew Crow di Twitter selaku kepala desain Facebook yang juga ikut memprotes.
“Aku tidak setuju dengan posisi Mark dan akan berusaha untuk membuat perubahan,” tambanya.
Para karyawan Facebook juga mengambil cuti dengan masuk ke sistem Facebook dan meminta cuti untuk mendukung para demonstran di seluruh AS dan membuat pesan otomatis di email yang menyebutkan mereka keluar dari kantor untuk melakukan unjuk rasa.(305/prc)