SINGARAJA | patrolipost.com – Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Buleleng I Putu Astawa, Selasa (23/6/2020) mendadak meninjau pembangunan Pasar Banyuasri, Singaraja. Proyek revitalisasi pasar yang menelan anggaran sebasar Rp 159,5 miliar itu telah selesai 50 persen hingga bulan Juni 2020. Namun kabarnya terancam macet karena kekurangan anggaran mencapai puluhan miliar rupiah.
Proyek pembangunan Pasar Banyuasri bersumber dari Bantuan Khusus Keuangan (BKK) Pemprov Bali, Dana Bagi Hasil (DBH) PHR Badung dan APBD Buleleng, diperkirakan kekurangan anggaran mencapai Rp 56 miliar. Kekurangan itu diduga akibat adanya rasionalisasi dan anggaran daerah tersedot untuk penanganan Covid-19.
Kajari Buleleng I Putu Astawa didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra saat berada di area bangunan Pasar Banyuasri yang dikerjakan oleh kontraktur PT Tunas Jaya Sanur menjelaskan, ia datang ke lokasi pembangunan pasar untuk memastikan pekerjaan sesuai dengan progres. Menurutnya, progres pengerjaan telah mencapai 50 persen dari seharusnya 47 persen.
Kajari Astawa berharap proyek pasar tersebut selesai tepat waktu agar pasar dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng. Soal adanya kekurangan anggaran untuk menuntaskan proyek revitalisasi Pasar Banyuasri, Astawa mengaku no coment.
“Saya tak komentar soal itu (kekurangan anggaran, red) itu domain Pemda Buleleng. Kami di Kejari Buleleng hanya melakukan pendampingan dan pengawasan agar proyek tepat waktu dan tepat sasaran,” kata Astawa.
Sementara, Kepala Dinas PUTR Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra mengaku selama ini tak menemui kendala selain anggaran. Menurut Adiptha, soal kekurangan anggaran hingga mencapai Rp 56 miliar merupakan kewenangan pimpinan daerah termasuk diantaranya Bupati.
“Tentu kami akan laporkan kepada pimpinan kemungkinan skema yang akan dilakukan terkait kendala anggaran,” kata Adiptha.
Saat ini, menurut Adiptha, tengah dilakukan kajian dan kemungkinan pilihan skema yang tidak berimplikasi hukum dan dampak negatif lainnya untuk menutupi kekurangan anggaran sebesar Rp 56 miliar.
“Kami cukup berhati-hati dan proporsional dengan niat baik menyelesaikan proyek revitalisasi Pasar Banyuasri, jangan sampai menimbulkan dampak negatif,” ucapnya sembari menyebut target penyelesaian proyek Pasar Banyuasri tuntas pada bulan Desember mendatang.
“Kami di PU hanya sebagai pengerjaan proyek, soal anggaran ada di pemerintah daerah,” tandasnya.
Soal kekurangan anggaran, Direktur Utama PT Tunas Jaya Sanur, I Made Budi Atmika mengatakan, pihaknya menyerahkan kepada pemkab Buleleng.
“Kami fokus menyelesaikan tahapan progres agar selesai tepat waktu. Sesuai perjanjian kontrak selesai bulan Desember 2020,” katanya.
Soal rencana pihak kontraktor menggunakan dana sendiri atau dana talangan, Budi mengatakan cara itu bisa menjadi alternatif skema yang bisa diambil pemerintah daerah.
“Kami tak ikut campur soal itu. Silakan Pemkab mengambil skema terbaik,” imbuhnya.
Hingga bulan Juni ini, proyek revitalisasi pasar sudah selesai 50 persen. Diantaranya bangunan utama, bangunan ruko, struktur bangunan, arsitektur dan e-mapping.
“Pasokan material tak ada kendala dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak 350 orang didominasi tenaga lokal,” tutupnya. (625)