LABUAN BAJO | patrolipost.com – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan 1 dari 3 provinsi dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.
Dalam kegiatan Roadshow Percepatan Penurunan Angka Stunting yang dilakukan Ikatan Dharma Pertiwi di Labuan Bajo, Kamis (15/9) yang lalu, Kepala BKKBN Provinsi NTT Marianus Mau Kuru menyebutkan angka stunting NTT berada pada angka 22 persen turun dari angka sebelumnya 37,8 persen.
Pemerintah NTT menargetkan angka ini mampu turun menjadi 10 persen di tahun 2023 mendatang. Untuk itu tentu dibutuhkan sebuah kerja kolaborasi yang besar dengan melibatkan semua pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat agar target ini bisa tercapai bahkan dibawah 10 persen.
Terbaru, salah satu upaya nyata dilakukan oleh La Moringa Indonesia melalui kegiatan La Moringa Fight Stunting, yang digelar di Gerai La Moringa Labuan Bajo, Jumat (16/12/2022).
Dalam kegiatan ini, La Moringa membagikan 1.000 biskuit kelor bagi 80 anak anak serta melakukan pemeriksaan kandungan bagi 50 an ibu hamil. Tak luput, pemeriksaan berat dan tinggi badan anak juga digelar dalam kegiatan ini melalui kerjasama dengan sejumlah pihak, diantaranya Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, Siloam Labuan Bajo, dan Klinik Bunda.
CEO La Moringa Indonesia dr Andre Hartanto menyampaikan La Moringa Indonesia memiliki kepedulian akan rendahnya asupan gizi bagi anak dan Ibu hamil sehingga menyebabkan tingginya angka stunting di NTT.
“La Moringa Fight Stunting ini merupakan program CSR, program sosial yang lahir dari sebuah panggilan anak bangsa yaitu kami dari NTT, Kami dari La Moringa, kami peduli untuk kondisi stunting yang semakin hari semakin tinggi, bahkan di NTT saat ini mencapai 3 provinsi tertinggi angka stunting di Indonesia,” ujarnya.
Ia menyampaikan La Moringa Indonesia yang bergerak pada bidang usaha dengan menghadirkan produk produk makanan dan minum khas NTT tidak hanya menjadikan daun kelor sebagai produk UMKM semata. Namun melalui olahan biskuit kelor, anak anak akan semakin tertarik untuk mengonsumsi daun kelor yang dikenal memiliki kandungan nutrisi tinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu hamil.
“La Moringa Fight Stunting ini kita ada pembagian 1.000 biskuit Kelor. Kenapa biskuit kelor, karena selama ini kelor yang sangat banyak sekali di NTT itu anak – anak tidak mau makan. Nah oleh karena itu makanya saya pingin buat suatu produk yang anak anak bisa makan. Salah satunya, biskuit Kelor, es krim kelor, nasi kelor dan semua semuanya, supaya apa dari kelor yang bergizi ini mereka bisa makan,” tuturnya.
Andre yang merupakan dokter kandungan ini menjelaskan stunting adalah sebuah kondisi dimana anak anak mengalami gangguan pertumbuhan sejak dalam kehamilan. Menurutnya, fase penting dalam mencegah terjadinya stunting dapat dilakukan dengan memberikan asupan gizi seimbang pada saat seribu pertama kehidupan itu dimulai yakni pada saat usia kandungan mencapai 8 bulan hingga saat usia bayi mencapai 2 tahun setelah dilahirkan.
“Setelah usia dua tahun maka kita mau kasih dia gizi apapun nggak bisa. Volume otaknya gangguan pertumbuhannya akan terus seperti itu dan nggak bisa diubah lagi. Jadi kesempatan kita hanya pada seribu pertama hari kehidupan.”
“Makanya kami ingin benar benar, saya sebagai dokter kandungan dan pelaku medis, saya tau masalahnya ini. Dan kebetulan juga saya sebagai CEO La Moringa se- Indonesia yang bergerak di bidang Kelor, kenapa sih kita nggak Kelor untuk Stunting, maka lahirnya La Moringa Fight Stunting,” jelasnya.
Kegiatan La Moringa Fight Stunting ini juga jelasnya diisi dengan melakukan pemeriksaan kesehatan bagi puluhan ibu hamil, sosialisasi pentingnya stunting serta kelas memasak puding Kelor bagi ibu hamil dan menyusui.
Perang terhadap stunting tambah dr Andre juga akan menyasar area – area kepulauan dengan angka stunting tinggi. Upaya ke depannya kata dia akan berkolaborasi dengan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Labuan Bajo. Kolaborasi melalui kerjasama dengan semua stakeholder, baik pemerintah maupun swasta serta dukungan masyarakat diyakini dapat mengentaskan stunting di Kabupaten Manggarai Barat.
“Kita nggak hanya berhenti sampai di sini, jadi kegiatan La Moringa Fight Stunting ini akan terus berkembang bahkan bukan hanya di Labuan Bajo tapi akan kita lakukan antar pulau. Kita bekerjasama dengan Danlanal Labuan Bajo, beliau sangat menyambut baik rencana kita akan bikin antar pulau, misalnya kita ke Pulau Komodo, Rinca, dan yang lain lain dimana ada kasus stuntingnya tinggi,” tutupnya.
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, per Juli 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Manggarai Barat berada pada angka 15,9 persen. Dari 23.118 balita di Manggarai Barat, ada 3.500 balita mengalami stunting
“Isu stunting kita di NTT menjadi isu prioritas. Khusus di Manggarai Barat, dengan kondisi 7 bulan lalu masuk di angka 15,9 persen. Dari 23.118 balita di Manggarai Barat, ada 3.500 balita mengalami stunting. Namun setelah dilakukan intervensi melalui kerjasama dari semua pihak dan masyarakat, kita meyakini angka ini akan turun (hingga akhir tahun 2022),” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat Pulus Mami yang turut hadir dalam kegiatan La Moringa Fight Stunting ini. (334)