SINGARAJA | patrolipost.com – Kematian ratusan babi milik PT Anugrah Bersama Sukses (ABS) di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, mulai berdampak. Sebanyak 20 KK warga setempat memilih eksodus setelah tidak tahan dengan bau bangkai yang cukup menyengat.
Mereka mengungsi sejak Kamis (27/2) ke balai banjar setempat untuk menghindari bau maupun ekses lain dari bangkai babi itu. Namun, pada siang hari mereka kembali melakukan aktivitas harian seperti biasa.
“Kondisi saat ini di peternakan babi milik PT ABS yang berlokasi di Dusun Kawanan, Desa Bila, sudah sangat mengganggu,” keluh warga setempat, Jumat (28/2/2020).
Warga memilih menjauh dari tempat tinggalnya setelah sebelumnya sebanyak 116 ekor babi milik PT ABS mati misterius dan menyebabkan bau yang sangat menyengat.
Dinas Pertanian (Distan) Buleleng mengambil langkah dengan mengambil sample organ dan darah babi yang mati. Sample itu dibawa ke Balai Penelitian Veteriner di Medan untuk diteliti.
Sambil menanti hasil uji lab, pihak perusahaan diminta melakukan tindakan biosecurity dan menjaga kebersihan sanitasi kandang.
Tak hanya itu, pihak perusahaan juga diminta memusnahkan babi yang mati dengan cara dipendam dalam tanah atau dibakar. Semua proses pemusnahan itu agar dilakukan diluar areal peternakan untuk tidak menimbulkan efek lain.
Kepala Distan Buleleng Ir Made Sumiarta mengatakan, sejak mendapat laporan kematian ternak babi dalam jumlah besar, ia langsung berkordinasi dengan Balai Besar Veteriner (BB VET) Denpasar dan Dinas Peternakan Provinsi Bali.
Dan sudah dilakukan investigasi ke peternakan termasuk mengambil sample darah babi baik yang sakit maupun yang sudah mati.
“Kita sudah turun ke lokasi peternakan dan mengambil langkah sesuai prosedur dengan pola investigasi dan mengambil sample,” ujarnya, Jumat (28/2/2020).
Sumiarta belum berani memastikan penyebab matinya babi itu karena masih menunggu hasil uji sample dari Distanak Provinsi. Untuk mencegah kematian susulan, Sumiarta mengatakan, pihak perusahaan sudah melakukan tindakan biosecurity dan menjaga kebersihan dan sanitasi kandang dan ternak babi yang masih sehat.
Terkait masih ada babi yang sakit, Sumiarta menganjurkan dilakukan pengobatan dan juga memberi instruksikan agar babi yang sakit dilakukan isolasi. Hal itu untuk menghindari penyebaran penyakit yang lebih luas dan mengendalikan kematian susulan.
“Yang ditemukan sakit sudah dilakukan isolasi dan tidak boleh keluar dari kandang. Perusahaan juga sudah menerapkan SOP baik melakukan biosicurity dan memusnahkan bangkai babi yang ditemukan mati tidak boleh keluar dari lokasi peternakan di sana,” tandas Sumiarta.
Sementara, Direktur PT ABS Made Widiana mengatakan, ia belum berani memastikan penyebab matinya babi ternaknya. Hanya saja, untuk menghindari kondisi lebih parah, ia sudah melakukan peningkatan pemberian obat termasuk melakukan tindakan pencegahan lainnya.
Setelah itu, kata dia, jumlah kematian babi dapat berkurang cukup signifikan.
“Tinggal 1 atau 2 saja yang ditemukan mati. Babi yang terdeteksi sakit telah ditangani sesuai SOP,” terangnya.
Widiana juga mengaku saat ini telah dilakukan sterilisasi kandang dan pemberian obat untuk 1.000-an ekor yang masih sehat. “Yang sakit terus diberi obat agar untuk menghindari kematian lebih lanjut,” tandasnya. (625)