Kelangkaan Gas LPG Dijadikan Bahan Candaan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Dikecam

bahlil4x
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Masyarakat semakin muak melihat sikap Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang sepertinya tidak berempati terhadap kesulitan rakyat. Hal itu tercermin dari guyonannya terkait kelangkaan gas LPG 3 Kg di pasaran.

Candaan itu dilontarkan Bahlil saat berbicara sebagai Ketua Umum Golkar di acara partai yang diadakan di DPP Golkar, Jakarta Barat, pada Sabtu (8/2/2025). Dalam cuplikan video yang dibagikan ulang oleh akun X @Mdy_Asmara1701, Bahlil Lahadalia saat memberi sambutan, terganggu oleh dengungan alat pengeras suara atau mic. Setelah alat tersebut dibetulkan, Bahlil tiba-tiba melempar guyonan perihal langkanya gas LPG 3 Kg yang terjadi pada pekan lalu.

Bacaan Lainnya

Bahlil menduga bahwa gangguan teknis tersebut diakibatkan oleh pihak yang kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg.

“Jangan-jangan belum ada yang dapat gas, mungkin ya. Ini jangan-jangan belum selesai, jangan-jangan ada yang belum dapat gas kali. Coba dicek, biasanya kalau panitianya kayak begini, ini pasti aktivis KNI,” ucap Bahlil.

Unggahan yang disukai sebanyak lebih dari 9.400 kali oleh sesama pengguna X itu pun menuai beragam respons. Mayoritas warganet menilai jika Bahlil Lahadalia tak memiliki empati terhadap Masyarakat. Sebab, gara-gara kelangkaan gas warga antre di pangkalan sampai ada nenek-nenek yang kelelahan sampai akhirnya meninggal dunia.

“Pertama, ini orang nggak lucu sama sekali. Kedua, nggak ada yang lucu dari omongannya dan nggak pantas buat jadiin candaan. Ketiga, yang tepuk tangan dan ikut ketawa sama aja nggak ada empatinya. Udah paling bener masyarakat harus beneran sekali-kali bergerak supaya paham bahwa yang punya kuasa itu rakyat, bukan pejabat,” komentar @ever*********

“Masih bisa bikin jokes dan ketawa disaat banyak ibu rumah tangga yang rela antre gas LPG 3 kg dan meninggal. Udah jelek, incompetence, ignorance, incapable, zero integrity, no empathy. Semoga siksa kuburnya lebih panas,” tambah @norme*******

“Woi Partai Golkar, di mana empati ketua kalian? Rakyat dibuat sulit dan susah sampai banyak yang meninggal dan tidak makan hari itu, ketua kalian jadikan candaan? Yang ada di sana tak ada yang butuh gas melon. Hanya rakyat miskin yang butuh,” sahut @amel******

“Kemiskinan rakyat dijadikan bahan lelucon,” timpal @ds_******

“Semakin dilihat, emang semakin ngeselin nih orang. Udah bikin kekacauan, dia nggak minta maaf, bahkan ada yang meninggal gara-gara keputusan dia nggak ada satupun rasa nyesel di mukanya. Nggak pantas rasanya yah tampil-tampil gitu,” sambung @arve*********

Empati Elite Tidak Ada

Candaan Bahlil ini juga mendapat sorotan tajam dari Pengamat Politik Rocky Gerung. Lewat siniar yang tayang di akun Youtube pribadinya, Minggu (9/2/2025), Rocky menyindir soal empati elite terkait meninggalnya warga sehabis mengantre gas melon 3 Kg.

“Jadi sebetulnya empati elite ini tidak ada pada rakyat tuh, bahwa ada korban itu artinya secara historis akan dicatat. Bahwa ada satu era ketika Indonesia masih ngantre energi dan menjadi korban dari antrean itu kan,” ujar Rocky Gerung dikutip dari Suara.com, Minggu (9/2/2025).

Rocky pun menyayangkan adanya sikap dari pejabat negara yang justru nirempati karena menjadikan kelangkaan gas yang menyengsarakan rakyat sebagai guyonan.

“Jadi tidak ada semacam ya sebut aja kepedulian atau ya kata empati mungkin terlalu jauh. Tapi peduli sedikit bahwa ini soal serius. Jadi kenapa di-becandain gitu? Yang di-becandain bukan gasnya tetapi yang di-becandain adalah tragedi itu sendiri,” imbuhnya.

Terkait itu, Rocky pun menganggap jika tidak ada kepekaan dari pejabat atas masalah fundamental di masyarakat.

“Jadi sekali lagi kita mau lihat bagaimana daya tampung moral (pejabat) kita itu betul-betul makin sempit. Sehingga hal yang betul-betul serius yaitu nasib dari mereka yang setiap hari membayangkan harus ada gas untuk mengoperasikan dapurnya itu akhirnya jadi bahan olok-olok,” ujar Rocky.

Atas guyonan Bahlil tersebut, Rocky juga menganggap jika para pejabat negara tampak tidak mengerti tugasnya sebagai pelayan publik.

“Jadi kita mau lihat ini pejabat ini ngerti enggak bahwa dia itu adalah public servant, mau dia menteri, mau dia dirjen, mau dia anggota DPR, dia kedudukannya adalah pelayan publik, bukan mengolok-olok publik,” sindir Rocky. (807)

Pos terkait