BORONG | patrolipost.com – Hasil panen tanaman perdagangan terutama kopi dan cengkeh yang berkurang pada musim panen tahun ini membuat nasib petani di Manggarai Timur, NTT tetap memprihatinkan. Meskipun harga cukup menjanjikan, namun produksi panenan kopi dan cengkeh berkurang.
Seorang petani kopi dan cengkeh di Lambaleda Selatan, Margareta Ngongo (Icha, sapaannya) kepada patrolipost.com mengakui, panenan kopi berkurang tahun ini sementara harganya cukup baik.
“Ini yang buat kami para petani agak kecewa. Di saat harga kopi dan cengkeh cukup baik, produksi malah menurun. Tahun ini panenan kopi kami hanya sedikit,” ungkap Icha di Lambleda Selatan, Manggarai Timur, Rabu (6/7/2022).
Menurutnya, ketika produksi buah kopi dan cengkeh banyak, harga malah menjadi kendala. Kata dia, harga beli tanaman perdagangan turun ketika panenan banyak.
“Makanya nasib petani di Manggarai berjalan di tempat. Coba harga naik ketika produksi banyak, pasti nasib para petani bisa berubah menjadi lebih baik pula,” imbuhnya.
Sementara itu petani kopi dan cengkeh lainnya, Bernadus Palur mengeluhkan hal senada. Menurutnya harga kebutuhan sehari-hari yang semakin melonjak tidak diimbangi harga tanaman perdagangan.
“Kendala kami pada petani memang seputar produksi dan harga. Kami selalu mengimpikan harga yang baik dalam keadaan panenan melimpah ataupun berkurang,” jelasnya.
Lanjut Nadus, selain harga kebutuhan yang melonjak, tuntutan adat-adat istiadat juga menjadi tanggung jawab yang tidak terelakkan.
“Tradisi dan adat Manggarai yang rumit menjadi salah satu tuntutan wajib bagi kami. Rumit dan banyak pengeluaran, namun karena sudah berlangsung turun temurun, kami wajib melestarikannya dan tidak menghindar,” tegasnya.
Menurut seorang pembeli hasil bumi, harga kopi per kilo di tingkat penadah sekarang ini berkisar Rp. 25.000,00. Sementara cengkeh berkisar Rp.100.000-Rp.150.000. Saat panenan berlimpah harga kopi turun berkisar Rp.15.000-Rp.20.000 dan harga cengkeh turun sekitar Rp. 45.000 per kilonya. (pp04)