Sosialisasi 4 Pilar MPR RI dengan tema “Peranan Kepemimpinan Perempuan Untuk Gereja Masyarakat dan Negara”.
DENPASAR | patrolipost.com – Perempuan di era kekinian memegang peranan sangat vital dalam pembangunan. Paradigma yang menyebutkan Perempuan identik dengan kasur, sumur, dan dapur sudah mesti dihapus.
“Kaum perempuan di era sekarang sudah sangat maju, tampil di berbagai sendi kehidupan mengisi sejumlah posisi penting termasuk sebagai kepala negara, kepala daerah, menteri dan lainnya,” ujar Anggota Badan Sosialisasi MPR RI, Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, ketika menjadi pembicara pada acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI dengan tema “Peranan Kepemimpinan Perempuan Untuk Gereja Masyarakat dan Negara”.
Sosialisasi dilaksanakan di Aula Keuskupan Jalan Tukad Balian, Denpasar, Jumat (1/4/2022). Sosialisasi juga menghadirkan pembicara Dr. Herlina J.R. Saragih selaku Wakil Direktur Doktoral Universitas Pertahanan. Sementara peserta hadir dari Keuskupan Denpasar, mahasiswa, dan FKPPI.
Lebih lanjut Adhi Mahendra Putra mengatakan, perempuan atau ibu adalah tiang penyangga dalam lingkungan terkecil yakni keluarga. Karena itu, menurutnya, tema “Peranan Kepemimpinan Perempuan Untuk Gereja Masyarakat dan Negara” diangkat untuk menanamkan nilai-nilai 4 Pilar tersebut. Yakni Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD Negara Republik Indonesia (NRI) Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
“Ibu atau perempuan sebagai tiang keluarga memberikan pendidikan dan etika yang baik kepada putra putrinya, kepada anggota keluarganya termasuk kepada suami, maka peranan perempuan itu mencetak putra putri penerus bangsa mulai dari lingkungan keluarga sangatlah amat vital,” tutur Anggota DPR RI Komisi II yang biasa disapa Gus Adhi.
Tantangan 4 Pilar saat ini sangat berat. Menurut Gus Adhi, ketiadaan pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dan penataran P4, mengakibatkan lunturnya sikap-sikap idealisme masyarakat terutama generasi muda terhadap Pancasila. Kekhawatiran Gus Adhi itu diungkapkan dari sejumlah hasil survei yang menyebutkan paham radikalisme, ekstremisme, maupun kilafah sudah menjalar ke berbagai sendi kehidupan. Anggota Fraksi Partai Golkar ini menyebut terdapat 63 persen guru memiliki opini intoleran terhadap agama lain, ada 3 persen anggota TNI terpapar ekstremisme, 19,4 persen ASN tidak setuju Pancasila. Lalu ada 36,5 persen mahasiswa kampus Islam setuju kilafah, dan ada 7 kampus terpapar ekstremisme agama.
“Disinilah peran perempuan sangat kita butuhkan terutama bisa membawa pesan pendidikan moral etika, pesan 4 Pilar kepada anggota keluarganya agar senantiasa ditanam dalam-dalam bahwa penanaman 4 Pilar MPR di lingkungan keluarga akan memperkokoh nilai-nilai kebangsaan kita sebagai warga negara Indonesia,” tuturnya.
Gus Adhi yakin dan optimis, penanaman nilai-nilai kebangsaan yang terkandung didalam 4 Pilar MPR akan semakin menjauhkan bangsa Indonesia dari ancaman paham-paham radikal, intoleran, ekstremisme, maupun kilafah.
“Pancasila harga mati, titik,” tukas Gus Adhi.
Sementara itu, pembicara berikutnya Dr. Herlina J.R . Saragih menekankan perempuan punya peluang sangat terbuka untuk ikut menjadi penyangga pilar-pilar kebangsaan sesuai yang dimaksud didalam 4 Pilar MPR.
Perempuan yang kerap memberikan ceramah kepada Anggota TNI itu menegaskan, bahwa kepemimpinan perempuan punya dua metode, dia bisa “feminim dan maskulin”. Artinya, perempuan bisa memimpin dengan jiwa keibuan yang lembut tapi juga bisa tegas seperti layaknya laki-laki pemimpin.
“Menjadi wanita hebat itu tidak harus menduduki posisi penting di pemerintahan, tetapi dia bisa menjadi perempuan hebat dan tangguh dengan memberikan pendidikan 4 Pilar MPR di lingkungan keluarga bahkan sebagai ibu rumah tangga sekalipun. Mendidik anak agar menjadi insan bangsa yang memegang teguh ideologi bangsanya yakni Pancasila,” ujar Dr. Herlina. (wie)