BORONG | patrolipost.com – Rangkaian Paskah bagi umat Katolik sudah dimulai. Minggu Palma merupakan awal dari rangkaian tersebut. Dalam kisah Kitab Suci, Yesus disambut hangat dan meriah saat memasuki Kota Yerusalem yang pada hari penyaliban Yesus malah berteriak: “Salibkan dia!”
Prosesi Minggu Palma biasanya diawali di suatu tempat yang agak jauh dari Gereja, seperti terlihat pada upacara Minggu Palma di Paroki Tanggar, Keuskupan Ruteng, NTT, Minggu (2/4/2023).
Umat antusias mencari daun Palma untuk menyambut Yesus dengan mengacungkan daun palma. Tua dan muda dengan wajah berseri-seri berarak menuju ke Gereja Paroki Tanggar dengan acungan daun palma dan nyanyian bernada riang.
Tapi apakah umat tahu bahwa mereka yang mengkhianati Yesus saat penyaliban?
Semarak Minggu Palma berdasarkan Matius 21: 9 yang berbunyi: Dan semua orang yang berjalan di depan dan di belakang Yesus, berseru, “Hosana bagi Putra Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Hosana di tempat yang maha tinggi!”. Ketika Yesus masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu, dan orang berkata, “Siapakah orang ini!”. Dan semua menjawab, “Inilah Nabi Yesus dari Nazaret di Galilea!”
Yesus disambut bagai seorang raja namun dieksekusi bagai penjahat pada hari penyaliban karena mereka yang menyambut dia bagai raja serempak berbelok untuk berkhianat.
Pengkhianatan itu tercatat dalam Injil Mateus 27:22 yang berbunyi: Kata Pilatus kepada Mereka,” jika begitu, apa yang ku perbuat terhadap Yesus yang disebut Kristus?” Mereka semua berseru, “Ia harus disalibkan!”
Kendati demikian, Minggu Palma yang dirayakan sekarang berupa peringatan, bukan bermaksud menuduh yang hadir saat perayaan minggu palma sebagai pengkhianat. Begitupun teriakan gemuruh “Salibkan dia!” saat peringatan wafat Isa Al – Masih (Perayaan Jumat Agung) itu juga peringatan, karena pengkhianat Yesus yang sebenarnya adalah orang-orangnya sendiri, kaum Yahudi. (pp04)